Malem2 Pulang kantor sekitar jam 2 (eh itu mah pagi yah? dini hari deng...) Speedometer menunjukkan angka 90 lebih dikit... maklum... udah malem jadi ngeri kalo jalan pelan... pengen cepet2 sampe rumah... kangen banget sama kasur...
setelah lewat pintu tol lebak bulus kearah fatmawati jalanan agak menurun... pencet kopling lah... lumayan... mesin langsam tetep bisa kuenceng... menjelang jalan menanjak... lepas kopling langsung gas poll... mesin langsung meraung... tapi ga seperti biasanya... kaget? jelas lah... ternyata rante putus dan jatuh entah dimana... siaaaall.....
mau ga mau dorong... dari sebelum lampumerah fatmawati. sambil acungin jempol minta bantuan ke sesama biker untuk bantu dorong (stut)...
sampe citos belum ada yang mau bantu (nasiiiip) lanjut dorong sampe lampumerah trakindo... (gila ga nyangka ane sanggup...) lampu menyala merah.. berhenti dulu deh... lap keringet sambil lirik kanan kiri siapa tau ada yang bersedia membantu...
Lampu menyala hijau... ngedorong..?? ya iyalah.. lanjut... ( dalem hati ngebatin "gile... mau nyoba minta tolong aje sampe kaga berani.. tampangnye serem2 semua... jangankan nengok... ngelirik aje kaga.. padahal jempol masih ngacung dari awal ngedorong...)
sampe simpangan jati padang ada 2 biker...
Biker 1: Kenapa bang?
Ane: rante putus broo...
Biker 2: (sayup2) bantuin tuh...
Biker 1: (ke ane) sini bang gw stut
Ane: (ga pake basa basi) Alhamdulillaaaahhh... ayo dah... makasih brooo...
langsung dah dia naro kakinya di bootstep belakang kanan ane..
sampe flyover tanjung barat kira2 udah jam 3 pagi. sang biker 2 ambil jalan lurus ke arah condet. ane bareng biker 1 ambil kiri kearah pasar minggu. belom nemuin juga bengkel yang buka.
akhirnya sampe di puteran metromini 75 ada bengkel yang begadang..
Ane; (samil turun dari motor) tengs broo... eh jangan cabut dulu yah.. kite ngopi2 dulu lah.. oh iye nama gue krisna..
Biker 1: gue bayu. emang dari mane tadi kris putusnya?
Ane: dari bla... bla... bla... (ceritain kronologis lengkap)
jadi lah ganti rante... plus kena tembak mahal... biasnya cuma 35k sampe 50k di tembak 75k dengan rante mutu asal asalan! (masih ane pake sampe sekarang... )
setelah ngopi2 plus ngobrol ngalor ngidul ga tentu sambil tukeran pesbuk, sepakat buat pulang.. waktu menunjukkan jam 4.36...
Terimakasih banyak bro bayu... semoga mendapat balasan yang lebih banyak...
Ternyata susah juga ya nyari bantuan malem2 di jakarta.. padahal ane selalu nawarin stut kalo ada yang ngedorong motor.. (malah merekanya yang gamau di bantuin wkwkwwkwk... takut suruh bayar kali huahahah... )
kapan ya biker bisa kaya scooterist (mesin 2 tak) yang pasti bantu kalo ada scooter yang ngadat di jalanan.. apalagi scooterist brekele yang terkenal sangat peduli sama sesama pengendara scooter..
www.jakartaroads.co.cc
Friday, March 4, 2011
Wednesday, August 19, 2009
kemanakah perginya "kami"
hhhh... kenapa sih ya... kami ko bisa hilang... malah diganti kata 'kita'...
padahal artinya beda lho di dalam bahasa endonesia.... eh... indonesia...
padahal artinya beda lho di dalam bahasa endonesia.... eh... indonesia...
Friday, November 14, 2008
ayah, kita pulang...
aku masih ingat yah, saat kemarin pagi aku gendong ayah masuk ke mobil tetangga yang mau berbaik hati untuk mengantar kita ke rumah sakit. berhenti dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lain karena alasan yang sederhana, kami tidak memiliki alat yang lengkap untuk merawat ayah anda...
aku ingat jelas yah, betapa sulitnya aku meminta bantuan dari para saudara kita yah.. semua telepon yang kuhubungi selalu bilang maaf kami tidak bisa datang menjenguk karena sibuk dan tidak memiliki uang lebih untuk membantu kita.
aku ingat juga... hanya dari keluarga ibu, kita mendapat bantuan dana. berapapun banyaknya. kenapa bisa seperti ini yah...? ayah tidak menjawab sedikitpun. karena saat ini ayah hanya mampu bernafas. detak nadi ayah pun semakin melemah...
saat ini aku cuma bisa terpaku melihat monitor alat pembaca detak jantung ayah dan gerak nafas ayah yang semakin melemah setiap jamnya. aku ga bisa melakukan apa apa selain membisikkan kata2 penghibur buat ayah, walau pun aku tidak tahu apakah ayah akan mendengarkanku...
sampai helaan nafas terakhirmu, aku hanya duduk diam menahan tangis. aku hanya ingin ayah tahu, aku tidak menangis untuk ayah. aku ingin ayah tahu... aku sekarang telah menjadi anak lelaki yang kuat. aku ingin ayah melihat bahwa pelajaran pahit yang ayah berikan telah memberikan hasil yang nyata. aku tidak pernah menangis.
sekarang kita pulang yah... kubawa tubuhmu yang akan membeku pulang kerumah.
aku iringi ambulance yang bergerak tenang menuju rumah untuk menumpang dimandikan, di kafankan, di cium untuk terakhir kalinya, di shalatkan hingga dimakamkan.
Kuhela pundakku mengusung tandu pembaringan mu yah... ketempat tidur abadimu... dengan langkah langkah pelan bersama tetangga dan orang orang yang masih mau membantu kita...
setelah kurasakan menggendongmu dan membaringkanmu di dasar liang lahatmu, mungkin ini bakti terakhirku padamu ayah, terimakasih telah kau biarkan aku di tempa oleh kehidupan. aku pasti akan menjadi orang yang terkuat di muka bumi seperti yang diharapkan oleh ibu.
aku anak lelakimu ayah...
aku ingat jelas yah, betapa sulitnya aku meminta bantuan dari para saudara kita yah.. semua telepon yang kuhubungi selalu bilang maaf kami tidak bisa datang menjenguk karena sibuk dan tidak memiliki uang lebih untuk membantu kita.
aku ingat juga... hanya dari keluarga ibu, kita mendapat bantuan dana. berapapun banyaknya. kenapa bisa seperti ini yah...? ayah tidak menjawab sedikitpun. karena saat ini ayah hanya mampu bernafas. detak nadi ayah pun semakin melemah...
saat ini aku cuma bisa terpaku melihat monitor alat pembaca detak jantung ayah dan gerak nafas ayah yang semakin melemah setiap jamnya. aku ga bisa melakukan apa apa selain membisikkan kata2 penghibur buat ayah, walau pun aku tidak tahu apakah ayah akan mendengarkanku...
sampai helaan nafas terakhirmu, aku hanya duduk diam menahan tangis. aku hanya ingin ayah tahu, aku tidak menangis untuk ayah. aku ingin ayah tahu... aku sekarang telah menjadi anak lelaki yang kuat. aku ingin ayah melihat bahwa pelajaran pahit yang ayah berikan telah memberikan hasil yang nyata. aku tidak pernah menangis.
sekarang kita pulang yah... kubawa tubuhmu yang akan membeku pulang kerumah.
aku iringi ambulance yang bergerak tenang menuju rumah untuk menumpang dimandikan, di kafankan, di cium untuk terakhir kalinya, di shalatkan hingga dimakamkan.
Kuhela pundakku mengusung tandu pembaringan mu yah... ketempat tidur abadimu... dengan langkah langkah pelan bersama tetangga dan orang orang yang masih mau membantu kita...
setelah kurasakan menggendongmu dan membaringkanmu di dasar liang lahatmu, mungkin ini bakti terakhirku padamu ayah, terimakasih telah kau biarkan aku di tempa oleh kehidupan. aku pasti akan menjadi orang yang terkuat di muka bumi seperti yang diharapkan oleh ibu.
aku anak lelakimu ayah...
Monday, October 20, 2008
aku ayah sejati...
Ketika muda dulu, apa pun kudapatkan. uang, mobil, rumah, apapun... kudapatkan tanpa perlu susah payah bekerja. untuk apa...?? aku bisa mendapatkan semua itu hanya dengan sedikit meminta... aku mengenyam pendidikan hingga magister ekonomi. ga perlu repot2 belajar, cuma dengan uang... siapapun bisa lulus. siapapun butuh uang. sampai suatu hari aku bertemu seorang wanita penunggang kuda di pesisir pantai bunaken.
Menikahinya adalah hal mudah. apapun aku punya. apapun bisa aku beli. apapun yang dia minta selalu bisa ku kabulkan. dan dia jatuh cinta padaku... itu sudah pasti. ketika itu aku menikahinya secara diam2 karena dari pihak keluarganya maupun keluargaku tidak ada yang merestui. ayahnya pun mungkin terpaksa menikahkan aku dengannya. aku ga peduli. selama uang masih mengalir di tangan ku... apapun bisa aku raih.
Hingga akhirnya lahirlah seorang anak perempuan dari pernikahan kami. waktu itu aku tidak menemani istriku yang sedang melahirkan anak pertamaku. aku sibuk mencari uang. karena uang bisa mengubah apapun. lagi pula aku lebih suka tanpa anak. tidak repot ini itu. ga perlu memikirkan makan nya, sekolahnya, pakaiannya, atau apa lah itu...
memang, uang bukan masalah bagiku, selama aku bekerja sebagai kepala cabang sebuah bank pemerintah di manado. tapi aku merasa terlalu sibuk untuk memiliki seorang anak. apalagi di kantor ku, aku harus tetap berstatus belum menikah. ya sudah lah... bohong sana bohong sini sudah menjadi kebiasaan sehari hari. hingga suatu hari komisaris perusahaan ingin berkunjung ke rumahku, aku berpesan pada istriku agar tidak mengakui aku sebagai suaminya. harus mengakui aku sebagai kakak iparnya. dan anakku sebagai keponakanku.
Tapi ketika atasanku datang kerumahku, istriku tidak mau melaksanakan rencana yang sebelumnya kami susun rapih. hasilnya...?? aku di pecat saat itu juga. bersamaan dengan lahirnya anak keduaku. seorang anak laki laki.
Karena aku telah kehilangan pekerjaan ku, aku memutuskan untuk pindah ke Cirebon. Sebuah kota kecil yang tenang, tempat sembunyi yang aman dari para debt collector yang selalu mengejar dengan tampang beringas karena hutang yang ku buat belum bisa kubayar.
Mengapa harus kubayar? toh yang menikmati uang itu bukan hanya aku. anakku pun menikmatinya. istriku juga. mangapa hanya aku yang membayar..?
dikota itu aku mulai lagi kehidupanku yang dulu. aku hidup menumpang di rumah kosong milik kakak ku. yah lumayan.. dari pada tidak ada rumah sama sekali... lagi pula kakakku meminjamkan aku sebuah mobil. mulanya aku betah dengan hidup yang sederhana ini. tapi aku mulai muak ketika apa yang aku inginkan sekarang tidak bisa langsung di penuhi. aku berspekulasi dengan uang pesangon yang kudapatkan dulu. tapi bagaimana dengan anak istriku...?? ah... bagaimana nanti sajalah... toh mereka sudah biasa hidup susah...
hingga akhirnya spekulasiku dengan uang pesangon berakhir tidak seperti yang ku inginkan. aku di tipu mentah mentah... uang itu semuanya di bawa kabur
aku pulang dengan membawa hutang yang besar. istriku menangis. saat itu anak ketiga ku lahir, seorang anak perempuan... semakin sempit sudah ruang hidup ku.
saat itu juga aku memutuskan untuk pergi ke jakarta ke rumah kakakku. untuk minta uang. karena aku hanya butuh uang. aku berangkat tanpa sepengetahuan mereka. aku tidak mau tahu nasib mereka. toh jika aku pulang nanti aku bisa bawa uang yang banyak. untuk kebutuhan hidup mereka juga kok...
setelah hampir setahun kutinggalkan, aku beberapa kali aku mendapat kabar dari cirebon, anak istriku beberapa kali didatangi debt collector yang dulu di manado. aku tidak heran. dan aku bingung harus berbuat apa. tapi aku pikir, mereka tidak akan apa apakan mereka. istriku pun mulai bisa membayar hutang2ku. baguslah. kudengar dia mulai berjualan kue. dan makan makanan yang dimasak dengan bahan bakar batang kelapa. baguslah... mereka bisa berhemat. aku pun sudah mengirimkan uang nafkah untuk mereka. setelah gajiku di potong untuk kebutuhan hidupku di jakarta. kebutuhan makan ku, baju ku, parfum ku, dan tentu saja ritual kehidupan hedonisku tidak boleh tertinggal...
setelah mendengar kabar hutangku sudah lunas, aku kembali ke cirebon. aku cape dijakarta. lagi pula aku rindu dengan tubuh istriku. berbeda dengan siapapun yang kutiduri di jakarta. aku pulang. kembali menjadi pengangguran. tidak apapa apa lah menurutku, toh istriku sudah mengasilkan uang untuk aku hidup. buktinya dia bisa membeli sebuah rumah dari hasil jualan kuenya.
aku kembali hidup enak. tapi tidak lama. usaha kue istriku mengalami kemunduran. aku harus kembali bekerja. malas rasanya. tapi ya sudah lah... kata orang orang sekitar itu adalah kewajiban ku...
aku kembali kejakarta untuk mencari pekerjaan. setelah lama meninggalkan jakarta, aku bingung .. jakarta sudah banyak berubah. ijasah S1 ku tidak begitu berpengaruh sekarang. tapi tidak lama aku ditawari untuk menjadi supir pribadi seorang pejabat. langsung aku terima. karena gaji yang di tawarkan melebihi gajiku dulu sewaktu menjabat sebagai kepala cabang.
tidakberapa lama, aku dipercaya untuk menjadi supir d salah satu perguruan tinggi swasta di kawasan pasar minggu. aku memboyong semua keluargaku, tapi tidak bisa karena anak sulung perempuanku masih setahun lagi lulus kuliah. hasilnya? keluargaku terpecah belah. tapi tak apa lah... toh mereka terbiasa hidup susah... aku tidak. sebisanya uang ku tahan supaya mereka tidak tau aku punya uang. aku punya hobi baru... j u d i ...
aku mulai kenal minuman keras. kusuruh anak lelaki ku membelikan itu untukku, kusuruh anak lelaki ku menjadi "kasir" untuk menemani ku berjudi. jika menang, kuberi dia sedikit uang. jika kalah, kusuruh dia meminta uang pada istriku. jika tidak di beri, kuajari dia mencuri.
ketika itu anak lelaki ku baru saja lulus SD. tidak ku masukkan SMP karena uang sekolahnya lebih suka ku gunakan untuk berjudi mengadu nasib. kalo aku menang, dia mau sekolah sampai mana juga akan aku bayar...
sudah dua tahun aku tidak menyekolahkan anak lelaki ku. istriku meledak amarahnya. ah... bukan urusan ku. hobiku lebih penting. kenapa sekarang dia bisa begitu sih? harusnya dia menyadari resikonya menikah denganku. anak sulung perempuan ku pun aku tidak tahu sudah lulus atau belum....
Belakangan aku tahu, anak pertama ku kuliah dari hasil keringatnya sendiri. baguslah, berarti aku berhasil menjadi orang tua. anak keduaku mulai kembali bersekolah atas biaya dari istriku yang bekerja sebagai buruh cuci dan buruh masak di sumah tetangga. melegakan sekali bagiku sewaktu dia bilang"saya tidak mau tahu sama sekali tentang kamu mulai saat ini, yang saya tahu hanya mencari uang menggantikan kamu sebagai kepala keluarga untuk menyekolahkan anak anak".
Silahkan saja... aku ga perduli. aku mulai jatuh cinta lagi pada seorang remaja kelas 3 SMA. ku biayai sekolahnya, kubelikan dia kalung emas 5 gram. tapi sial, surat pembeliannya ketahuan oleh istriku. berikut puisi puisi ku yang kubuat untuk nya. sial... aku ketahuan selingkuh... untuk pertama kalinya. masa bodo lah.
sekarang keluargaku sudah tercerai berai... tapi aku tak peduli. aku lebih suka jika aku bisa melepaskan mereka pergi. anak sulung ku mulai memisahkan diri. anak lelaki ku pergi dari rumah tidak tahu kemana. hasilnya, hidup ku perlahan2 kembali lebih ringan.
tapi anak bungsuku memaksa ku untuk membiayai kuliahnya. bah... uangku lagi yang menjadi korban... tapi ya sudahlah... kulakukan ini supaya aku terlihat baik dimata tetangga. kuputuskan untuk memasukkannya ke sebuah universitas di manado. lebih ringan biayanya. dan ntuk membayarnya...? aku harus memaksa istriku kembali berjualan kue untuk biaya hidup semuanya. adil bukan...? setidaknya untukku.
tapi sebelum semua rencana itu semua berjalan, seorang debt collector bertampang seram dari salah satu bank terkenal di jakarta mendatangi rumah kontrakanku. ya ampun...!! secepatnya aku sembunyi di wuwungan rumah sambil berpesan pada istri dan anakku untuk beritahu mereka bahwa aku tidak ada dirumah. kudengar sayup2 mereka membentak bentak anak istriku. tapi yang penting aku selamat.
semakin hari semakin banyak penagih yang datang mencariku. aku mulai merasa tidak aman. aku harus pergi dari sini. aku kabur . aku tak peduli mereka mau bilang apa pada para penagih penagih itu.
sudah 6 bulan aku tinggalkan mereka. aku tidak tahu lagi bagaimana kabar mereka. ah mereka kan sudah besar semua. sudah bisa mandiri. anak sulungku sekarang sudah bekerja di media. anak keduaku kudengar sudah bekerja di sebuah perusahaan design firm atau apalah itu aku tidak tahu. aku memang sembunyi. menumpang dari satu mesjid ke mesjid yang lain. lumayan bisa makan gratis, dapat uang lagi. tanpa kerja. setelah uang terkumpul, aku berangkat ke menado. tidak satu orang pun yang tahu. hingga aku tiba di rumah kakak iparku dari istriku. mereka memberitahukan keberadaan ku pada istriku. tentu saja dia menyusulku. minta pertanggung jawabanku. buat apa... aku sudah tidak punya uang lagi.
setelah menetap 2 bualan di manado, istriku mengajukan usul pada kakaknya untuk membuka toko kue dan makanan. untuk modal uang, kakak iparku yang menanggung, kami hanya modal tenaga. wah sebuah usul yang sangat menguntungkan sekali pikirku. aku tidak perlu lagi di kejar2 uang. ga perlu lagi pergi pagi pulang sore untuk bekerja. bisa lebih santai tentunya.
tapi 2 tahun kemudian, kesehatan ku menurun. aku terlalu banyak makan daging merah. kolesterol ku naik tajam. aku terkena stroke.
ini benar benar diluar perkiraan ku. tubuhku sangat sulit di gerakkan. pertama2 hanya bagian kanan yang sulit ku gerakkan. sekarang hampir seluruh tubuh ku serasa mati rasa. kakak ipar ku membawaku kerumah sakit. aku mendapatkan perawatan dan theraphy. uang pun habis. pengobatanku belum sempurna. anak ketigaku kuliahnya terancam berantakan. baru kali ini aku mengingat tuhan. aku teringat, aku tidak pernah mengenalkan agama pada anak anakku.
hingga akhirnya aku dikirim pulang kejakarta. bagaimana dengan hutang hutangku? bagaimana dengan para penagih penagih itu?? tapi aku lega setelah mendengar bahwa sisa hutangku sebanyak 40 juta telah di cicil oleh istriku dan anak pertamaku. dan aku di titipkan di rumah adik bungsuku. karena aku tidak mewariskan apapun pada anakku. aku tidak punya rumah untuk menetap. 1 tahun lebih aku tinggal di rumah adik bungsu ku. mungkin dia mulai tidak sanggup mengurusku. aku minta bantuan pada anak sulungku. dia bilang, dia sudah cukup menderita karena aku tidak pernah mengurusnya. aku minta tolong pada anak lelakiku, aku dapat jawaban yang sama. aku minta tolong istriku, dia bilang uang hasil jualan kue dimenado sudah habis untuk biaya berobat ku dan sekarang istriku sedang sibuk membayar hutangku disana dengan tenaganya.
suatu hari adikku bilang bahwa dia sudah tidak sanggup untuk mengurusku. aku akan di antar ke rumah anak lelakiku. bagaimana dia bisa menampungku...?? tapi adik ku tidak mau tahu itu. aku di antar hanya sampai depan jalan masuk menuju rumah anakku. aku disuruh jalan kesana. bagaimana mungkin..?? untuk bangun saja aku sulit setengah mati. bagaimana aku bisa jalan...?? jaraknya terlalu jauh. tapi tiba2 anak lelakiku muncul. dan langsung menggendongku sampai rumahnya dan menyediakan makan dan minum ku.
saudara saudara sedarah ku pun sampai sekarang sudah tidak mau tahu apakah aku masih hidup atau sudah mati. jangankan menengok, menelpon pun tidak. aku sudah di buang. kusadari itu. aku memang salah. aku ingin tobat. tapi aku tahu sudah terlambat. taubat hanya berlaku pada yang maha kuasa. tapi tidak bisa membalikkan keadaan menjadi lebih baik. karena tidak ada satupun yang bisa kulakukan sekarang selain menunggu mati. anakku, istriku, maaf kan aku nak... seandainya bisa ku ulang dari awal, aku hanya ingin menjadi seorang ayah sejati....
Menikahinya adalah hal mudah. apapun aku punya. apapun bisa aku beli. apapun yang dia minta selalu bisa ku kabulkan. dan dia jatuh cinta padaku... itu sudah pasti. ketika itu aku menikahinya secara diam2 karena dari pihak keluarganya maupun keluargaku tidak ada yang merestui. ayahnya pun mungkin terpaksa menikahkan aku dengannya. aku ga peduli. selama uang masih mengalir di tangan ku... apapun bisa aku raih.
Hingga akhirnya lahirlah seorang anak perempuan dari pernikahan kami. waktu itu aku tidak menemani istriku yang sedang melahirkan anak pertamaku. aku sibuk mencari uang. karena uang bisa mengubah apapun. lagi pula aku lebih suka tanpa anak. tidak repot ini itu. ga perlu memikirkan makan nya, sekolahnya, pakaiannya, atau apa lah itu...
memang, uang bukan masalah bagiku, selama aku bekerja sebagai kepala cabang sebuah bank pemerintah di manado. tapi aku merasa terlalu sibuk untuk memiliki seorang anak. apalagi di kantor ku, aku harus tetap berstatus belum menikah. ya sudah lah... bohong sana bohong sini sudah menjadi kebiasaan sehari hari. hingga suatu hari komisaris perusahaan ingin berkunjung ke rumahku, aku berpesan pada istriku agar tidak mengakui aku sebagai suaminya. harus mengakui aku sebagai kakak iparnya. dan anakku sebagai keponakanku.
Tapi ketika atasanku datang kerumahku, istriku tidak mau melaksanakan rencana yang sebelumnya kami susun rapih. hasilnya...?? aku di pecat saat itu juga. bersamaan dengan lahirnya anak keduaku. seorang anak laki laki.
Karena aku telah kehilangan pekerjaan ku, aku memutuskan untuk pindah ke Cirebon. Sebuah kota kecil yang tenang, tempat sembunyi yang aman dari para debt collector yang selalu mengejar dengan tampang beringas karena hutang yang ku buat belum bisa kubayar.
Mengapa harus kubayar? toh yang menikmati uang itu bukan hanya aku. anakku pun menikmatinya. istriku juga. mangapa hanya aku yang membayar..?
dikota itu aku mulai lagi kehidupanku yang dulu. aku hidup menumpang di rumah kosong milik kakak ku. yah lumayan.. dari pada tidak ada rumah sama sekali... lagi pula kakakku meminjamkan aku sebuah mobil. mulanya aku betah dengan hidup yang sederhana ini. tapi aku mulai muak ketika apa yang aku inginkan sekarang tidak bisa langsung di penuhi. aku berspekulasi dengan uang pesangon yang kudapatkan dulu. tapi bagaimana dengan anak istriku...?? ah... bagaimana nanti sajalah... toh mereka sudah biasa hidup susah...
hingga akhirnya spekulasiku dengan uang pesangon berakhir tidak seperti yang ku inginkan. aku di tipu mentah mentah... uang itu semuanya di bawa kabur
aku pulang dengan membawa hutang yang besar. istriku menangis. saat itu anak ketiga ku lahir, seorang anak perempuan... semakin sempit sudah ruang hidup ku.
saat itu juga aku memutuskan untuk pergi ke jakarta ke rumah kakakku. untuk minta uang. karena aku hanya butuh uang. aku berangkat tanpa sepengetahuan mereka. aku tidak mau tahu nasib mereka. toh jika aku pulang nanti aku bisa bawa uang yang banyak. untuk kebutuhan hidup mereka juga kok...
setelah hampir setahun kutinggalkan, aku beberapa kali aku mendapat kabar dari cirebon, anak istriku beberapa kali didatangi debt collector yang dulu di manado. aku tidak heran. dan aku bingung harus berbuat apa. tapi aku pikir, mereka tidak akan apa apakan mereka. istriku pun mulai bisa membayar hutang2ku. baguslah. kudengar dia mulai berjualan kue. dan makan makanan yang dimasak dengan bahan bakar batang kelapa. baguslah... mereka bisa berhemat. aku pun sudah mengirimkan uang nafkah untuk mereka. setelah gajiku di potong untuk kebutuhan hidupku di jakarta. kebutuhan makan ku, baju ku, parfum ku, dan tentu saja ritual kehidupan hedonisku tidak boleh tertinggal...
setelah mendengar kabar hutangku sudah lunas, aku kembali ke cirebon. aku cape dijakarta. lagi pula aku rindu dengan tubuh istriku. berbeda dengan siapapun yang kutiduri di jakarta. aku pulang. kembali menjadi pengangguran. tidak apapa apa lah menurutku, toh istriku sudah mengasilkan uang untuk aku hidup. buktinya dia bisa membeli sebuah rumah dari hasil jualan kuenya.
aku kembali hidup enak. tapi tidak lama. usaha kue istriku mengalami kemunduran. aku harus kembali bekerja. malas rasanya. tapi ya sudah lah... kata orang orang sekitar itu adalah kewajiban ku...
aku kembali kejakarta untuk mencari pekerjaan. setelah lama meninggalkan jakarta, aku bingung .. jakarta sudah banyak berubah. ijasah S1 ku tidak begitu berpengaruh sekarang. tapi tidak lama aku ditawari untuk menjadi supir pribadi seorang pejabat. langsung aku terima. karena gaji yang di tawarkan melebihi gajiku dulu sewaktu menjabat sebagai kepala cabang.
tidakberapa lama, aku dipercaya untuk menjadi supir d salah satu perguruan tinggi swasta di kawasan pasar minggu. aku memboyong semua keluargaku, tapi tidak bisa karena anak sulung perempuanku masih setahun lagi lulus kuliah. hasilnya? keluargaku terpecah belah. tapi tak apa lah... toh mereka terbiasa hidup susah... aku tidak. sebisanya uang ku tahan supaya mereka tidak tau aku punya uang. aku punya hobi baru... j u d i ...
aku mulai kenal minuman keras. kusuruh anak lelaki ku membelikan itu untukku, kusuruh anak lelaki ku menjadi "kasir" untuk menemani ku berjudi. jika menang, kuberi dia sedikit uang. jika kalah, kusuruh dia meminta uang pada istriku. jika tidak di beri, kuajari dia mencuri.
ketika itu anak lelaki ku baru saja lulus SD. tidak ku masukkan SMP karena uang sekolahnya lebih suka ku gunakan untuk berjudi mengadu nasib. kalo aku menang, dia mau sekolah sampai mana juga akan aku bayar...
sudah dua tahun aku tidak menyekolahkan anak lelaki ku. istriku meledak amarahnya. ah... bukan urusan ku. hobiku lebih penting. kenapa sekarang dia bisa begitu sih? harusnya dia menyadari resikonya menikah denganku. anak sulung perempuan ku pun aku tidak tahu sudah lulus atau belum....
Belakangan aku tahu, anak pertama ku kuliah dari hasil keringatnya sendiri. baguslah, berarti aku berhasil menjadi orang tua. anak keduaku mulai kembali bersekolah atas biaya dari istriku yang bekerja sebagai buruh cuci dan buruh masak di sumah tetangga. melegakan sekali bagiku sewaktu dia bilang"saya tidak mau tahu sama sekali tentang kamu mulai saat ini, yang saya tahu hanya mencari uang menggantikan kamu sebagai kepala keluarga untuk menyekolahkan anak anak".
Silahkan saja... aku ga perduli. aku mulai jatuh cinta lagi pada seorang remaja kelas 3 SMA. ku biayai sekolahnya, kubelikan dia kalung emas 5 gram. tapi sial, surat pembeliannya ketahuan oleh istriku. berikut puisi puisi ku yang kubuat untuk nya. sial... aku ketahuan selingkuh... untuk pertama kalinya. masa bodo lah.
sekarang keluargaku sudah tercerai berai... tapi aku tak peduli. aku lebih suka jika aku bisa melepaskan mereka pergi. anak sulung ku mulai memisahkan diri. anak lelaki ku pergi dari rumah tidak tahu kemana. hasilnya, hidup ku perlahan2 kembali lebih ringan.
tapi anak bungsuku memaksa ku untuk membiayai kuliahnya. bah... uangku lagi yang menjadi korban... tapi ya sudahlah... kulakukan ini supaya aku terlihat baik dimata tetangga. kuputuskan untuk memasukkannya ke sebuah universitas di manado. lebih ringan biayanya. dan ntuk membayarnya...? aku harus memaksa istriku kembali berjualan kue untuk biaya hidup semuanya. adil bukan...? setidaknya untukku.
tapi sebelum semua rencana itu semua berjalan, seorang debt collector bertampang seram dari salah satu bank terkenal di jakarta mendatangi rumah kontrakanku. ya ampun...!! secepatnya aku sembunyi di wuwungan rumah sambil berpesan pada istri dan anakku untuk beritahu mereka bahwa aku tidak ada dirumah. kudengar sayup2 mereka membentak bentak anak istriku. tapi yang penting aku selamat.
semakin hari semakin banyak penagih yang datang mencariku. aku mulai merasa tidak aman. aku harus pergi dari sini. aku kabur . aku tak peduli mereka mau bilang apa pada para penagih penagih itu.
sudah 6 bulan aku tinggalkan mereka. aku tidak tahu lagi bagaimana kabar mereka. ah mereka kan sudah besar semua. sudah bisa mandiri. anak sulungku sekarang sudah bekerja di media. anak keduaku kudengar sudah bekerja di sebuah perusahaan design firm atau apalah itu aku tidak tahu. aku memang sembunyi. menumpang dari satu mesjid ke mesjid yang lain. lumayan bisa makan gratis, dapat uang lagi. tanpa kerja. setelah uang terkumpul, aku berangkat ke menado. tidak satu orang pun yang tahu. hingga aku tiba di rumah kakak iparku dari istriku. mereka memberitahukan keberadaan ku pada istriku. tentu saja dia menyusulku. minta pertanggung jawabanku. buat apa... aku sudah tidak punya uang lagi.
setelah menetap 2 bualan di manado, istriku mengajukan usul pada kakaknya untuk membuka toko kue dan makanan. untuk modal uang, kakak iparku yang menanggung, kami hanya modal tenaga. wah sebuah usul yang sangat menguntungkan sekali pikirku. aku tidak perlu lagi di kejar2 uang. ga perlu lagi pergi pagi pulang sore untuk bekerja. bisa lebih santai tentunya.
tapi 2 tahun kemudian, kesehatan ku menurun. aku terlalu banyak makan daging merah. kolesterol ku naik tajam. aku terkena stroke.
ini benar benar diluar perkiraan ku. tubuhku sangat sulit di gerakkan. pertama2 hanya bagian kanan yang sulit ku gerakkan. sekarang hampir seluruh tubuh ku serasa mati rasa. kakak ipar ku membawaku kerumah sakit. aku mendapatkan perawatan dan theraphy. uang pun habis. pengobatanku belum sempurna. anak ketigaku kuliahnya terancam berantakan. baru kali ini aku mengingat tuhan. aku teringat, aku tidak pernah mengenalkan agama pada anak anakku.
hingga akhirnya aku dikirim pulang kejakarta. bagaimana dengan hutang hutangku? bagaimana dengan para penagih penagih itu?? tapi aku lega setelah mendengar bahwa sisa hutangku sebanyak 40 juta telah di cicil oleh istriku dan anak pertamaku. dan aku di titipkan di rumah adik bungsuku. karena aku tidak mewariskan apapun pada anakku. aku tidak punya rumah untuk menetap. 1 tahun lebih aku tinggal di rumah adik bungsu ku. mungkin dia mulai tidak sanggup mengurusku. aku minta bantuan pada anak sulungku. dia bilang, dia sudah cukup menderita karena aku tidak pernah mengurusnya. aku minta tolong pada anak lelakiku, aku dapat jawaban yang sama. aku minta tolong istriku, dia bilang uang hasil jualan kue dimenado sudah habis untuk biaya berobat ku dan sekarang istriku sedang sibuk membayar hutangku disana dengan tenaganya.
suatu hari adikku bilang bahwa dia sudah tidak sanggup untuk mengurusku. aku akan di antar ke rumah anak lelakiku. bagaimana dia bisa menampungku...?? tapi adik ku tidak mau tahu itu. aku di antar hanya sampai depan jalan masuk menuju rumah anakku. aku disuruh jalan kesana. bagaimana mungkin..?? untuk bangun saja aku sulit setengah mati. bagaimana aku bisa jalan...?? jaraknya terlalu jauh. tapi tiba2 anak lelakiku muncul. dan langsung menggendongku sampai rumahnya dan menyediakan makan dan minum ku.
saudara saudara sedarah ku pun sampai sekarang sudah tidak mau tahu apakah aku masih hidup atau sudah mati. jangankan menengok, menelpon pun tidak. aku sudah di buang. kusadari itu. aku memang salah. aku ingin tobat. tapi aku tahu sudah terlambat. taubat hanya berlaku pada yang maha kuasa. tapi tidak bisa membalikkan keadaan menjadi lebih baik. karena tidak ada satupun yang bisa kulakukan sekarang selain menunggu mati. anakku, istriku, maaf kan aku nak... seandainya bisa ku ulang dari awal, aku hanya ingin menjadi seorang ayah sejati....
Thursday, September 4, 2008
indonesia atau endonesia...??
singkat saja...
sering sekali saya dengar berita atau pidato kenegaraan dan dari lafal presiden pertama kita bahwa indonesia di baca "endonesia". gemas mendengarnya... "i" dan "e" jauh berbeda... mengapa terdengar sama...
sering sekali saya dengar berita atau pidato kenegaraan dan dari lafal presiden pertama kita bahwa indonesia di baca "endonesia". gemas mendengarnya... "i" dan "e" jauh berbeda... mengapa terdengar sama...
Tuesday, August 19, 2008
menangis
hal yang paling memalukan buat kaum adam... mungkin kalo di inget inget... tangisan terakhirku itu hampir 10 tahun yang lalu... tepatnya 9 juli 1999...
menyedihkan memang... hidup dengan hati sekeras batu... berusaha membunuh rasa sedih tiap hari... mencoba tampil kuat dimata siapapun untuk menutupi kerapuhan yang sesungguhnya. karena menjadi seorang panutan....
sampai tadi malam aku merenung di sudut ruangan teraman, aku menangis. sepelan mungkin.
mungkin jika tuhan memberi kesempatan dengan rizki yang berlebihan... aku ingin membangun satu gedung dengan satu atap, satu lantai, satu pintu, satu lubang cahaya, dengan satu buah kursi berada si tengah ruangannya... yang akan kugunakan untuk merenung, berteriak, tertawa, berpikir, menangis dan apapun yang bisa dilakukan sendirian...
setelah semua itu, aku bisa keluar dari sana dengan senyum tenang, perasaan yang lepas lapang, merasa lebih tegar, bisa lebih terlihat berwibawa... dan tentu saja lega....
jika tuhan berbaik hati dengan cara yang sama, apa yang akan kalian lakukan..???
menyedihkan memang... hidup dengan hati sekeras batu... berusaha membunuh rasa sedih tiap hari... mencoba tampil kuat dimata siapapun untuk menutupi kerapuhan yang sesungguhnya. karena menjadi seorang panutan....
sampai tadi malam aku merenung di sudut ruangan teraman, aku menangis. sepelan mungkin.
mungkin jika tuhan memberi kesempatan dengan rizki yang berlebihan... aku ingin membangun satu gedung dengan satu atap, satu lantai, satu pintu, satu lubang cahaya, dengan satu buah kursi berada si tengah ruangannya... yang akan kugunakan untuk merenung, berteriak, tertawa, berpikir, menangis dan apapun yang bisa dilakukan sendirian...
setelah semua itu, aku bisa keluar dari sana dengan senyum tenang, perasaan yang lepas lapang, merasa lebih tegar, bisa lebih terlihat berwibawa... dan tentu saja lega....
jika tuhan berbaik hati dengan cara yang sama, apa yang akan kalian lakukan..???
Friday, August 15, 2008
Subscribe to:
Posts (Atom)